Selasa, 27 September 2011

KEAJAIBAN DO'A

...Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku... QS 2: 186

Hal apa yang paling membahagiakan selain ketika rangkaian asa kita mewujud nyata?

Senja Dibelakang hari, 1999
Kala itu saya duduk dibangku kelas 1 SMU, saat "anugerah terindah" dalam hidup saya peroleh, ya... hidayah. Dialah anugerah dari Sang Pengasih yang kemudian mengantarkan saya berenang dalam samudera cintanya. Seiring dengan itu semangat tholabul 'ilmi melecut hasrat saya untuk merasakan dunia pesantren, dan kerinduan mengunjungi bait-Nyapun hadir mengisi kisi kisi hati, menjelma menjadi proyek impian nan agung.


Kira kira 10 tahun tahun yang lalu, saya selalu membisikkan harapan harapan ini pada-Nya dalam setiap sujud, bahkan diluar shalat setiap kali memandang hiasan dinding bergambar ka'bah yang terpajang apik diruang tamu, jiwa menggugah raga membetikkan pinta pada-Nya, dan bulir bulir bening yang mengalir dari sudut mata seolah ingin meyakinkan pada-Nya besarnya gelora kerinduan yang tengah riang menari di pentas hati ini. Dan hampir pada setiap titian ketika, saya 'merayu-Nya'. Karena sebuah keyakinan, Allah mengetahui setiap lintasan hati dan pikiran hamba-Nya.

Saya tak pesimis dan berhenti berdo'a karena tanya yang hadir mungkinkah masuk pesantren karena saya dari sekolah umum, dan mama mengharapkan yang lain dari cita saya? Dan kesadaran finansial. Untuk haji? Saya terlahir dari keluarga dengan ekonomi menengah dengan kepala keluarga yang berprofesi sebagai pegawai kecil, sedang kami 6 bersaudara yang semuanya masih sekolah dan dibiayai. Orang tuapun belum lagi menggenapkan rukun islam kelima itu.

Dan saya tak juga merasa perlu berhenti memanjatkan do'a karena keyakinan yang lahir dari 'ilmu bahwa do'a adalah ibadah yang diganjar pahala, sesungguhnya setiap do'a hamba dikabulkan, apakah dikabulkan saat itu juga, ditunda, atau darinya Allah menggantinya dengan wujud rahmat-Nya yang lain.

Do'a tentu perlu ikhtiar, dan ikut kursus bahasa arab jadi agenda khusus pekanan tapi untuk haji? Menabung mungkin salah satunya. Tapi saat itu saya sendiri masih sekolah, menyisikan uang jajan dan berharap darinya? Mungkin tua renta barulah terwujud cita. Sedangkan saya berharap dapat berkunjung ke baitNya diusia muda, agar memungkinkan saya lebih khusyu untuk beribadah dengan kondisi fisik sehat dan kuat.

Keyakinan akan tibanya masa itu tumbuh subur dihati dan saya tak dapat menerka atau mengira ngira bahkan menghayalkan dengan jalan apa, bagaimana pengkabulan itu datangnya. Karena saya tak hendak mendikte-Nya, Bukankah Dia Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya?

Hanya berdoa? Ya... disaat tak ada ikhtiar lain, kemungkinan kemungkinan lain yang tak lagi mungkin, saya masih percaya dan setia menunggu satu hal, KEAJAIBAN DO'A.
*****

Jalan menuju puncak impian, 2001
Skenario Allah yang indah. Melalui hari hari menunggu pengkabulan dari-Nya bukanlah hal yang membosankan, saya mendapat peran terbaik dalam setiap episode episode yang diciptakan-Nya.

Lulus SMU Negeri, dengan mudah saya diterima masuk pesantren, Alhamdulillah... Walau awalnya ada penentangan keras dari mama. Dengan apa hatinya luluh? Sebuah surat cinta dari saya yang lagi lagi 'distempel' do'a. Masih terngiang sepenggal obrolan saya dan mama "Bagaimana masa depanmu keluar dari pesantren?" Tanya mama diawal telponnya setelah 3 bulan memutuskan kontak, buah dari kekecewaan.
"Bahagia dunia akherat insyaAllah ma". Tangkap saya cepat. Setelah itu keridoan terdengar dari nada suara mama selanjutnya. Alhamdulillah, bukankah ridho ortu hal sangat berarti bagi hidup?

Menanti lagi yang lain.... Tak lelah kuterus merajut asa sepanjang masa dalam do'a, menggumankannya disenandung sunyi di waktu waktu do'a diijabahi, saat sujud, antara adzan dan iqomah, diakhir malam, bahkan kala hujan turun. Tidak jarang dalam kesendirian, dari balkon dilantai tiga asrama, saat memandang cakrawala pagi dan senja saya kirimkan kerinduan saya ke baitullah pada angin.

Diakhir tahun masa belajar saya dipesantren inilah, seorang ustadz mencoba memediasi terlaksananya 'sebuah kebaikan' antara saya dan seorang ikhwa yang juga belajar dipesantren yang sama.

Bagaimana harus saya ungkapkan? Malu... Ah, sejujurnya ini bagian dari rangkaian asa saya yang juga senantiasa saya mohonkan pada-Nya, bahkan pinta ini hampir sebanding besarnya dengan impian impian diatas. Tentu terrwujudnya hal ini akan menghapuskan syubhat dihati mama (wanita bercadar akan sulit bersua jodoh) tunggu... ternyata bukan hanya terwujudnya hal itu... lebih dari itu...?

"Dia salah seorang murit dan kader terbaik kami, sedang mendaftarkan dirinya ke jami'ah islamiyah madinah". Terang Ustadz.

Apa? Madinah...? Makkah hanya beberapa kilo meter darinya, dan ka'bah, bait-Nya... Bening mengalir deras menganak sungai disudut mata saya, mengalir menyejukkan hati. Keriangan apa yang bersorak dari dalam diri ini? Saat itu saya semakin yakin waktunya hampir tiba. Ini mungkin alamat dari Allah agar menerima ikhwa tersebut, dan 'alaram' untuk terus berdo'a. Sangka baik, bukankah Ia sesuai sangka hamba-Nya?


Awal februari 2006
Gerimis, bening yang mengalir di wajah adalah saksi luapan kesyukuran. Sulit mendeskripsikan dengan kata kebahagiaan ini, karena bagaimanapun indahnya rangkaian kata tak dapat memuaskan perasaan yang paling dalam. tahun ini awal saya menginjakkan kaki di kota Madinah dan setahun kemudian memenuhi seruan suci-Nya dalam umrah ramadhan& Haji.

Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu mema'lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". QS 14:186

0 komentar:

Posting Komentar

 
;